STUDY BANDING PEMANTAPAN KUALITAS AGENS HAYATI

Masyarakat saat ini mulai sadar akan bahaya dan dampak negatif penggunaan pestisida kimia / sintetik dalam bidang pertanian. Hal tersebut menjadikan masyarakat semakin cerdas dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memilih bahan pangan organik, seperti beras, sayur dan buah organik.

Semakin banyak permintaan bahan pangan organik, maka secara tidak langsung para petani harus sudah mulai belajar tentang cara budidaya tanaman yang dapat menghasilkan bahan pangan organik yang di minati di pasaran. Oleh sebab itu, Tim Teknis UPT Proteksi tanaman Pangan Dan Hortikultura melakukan Kegiatan PEMANTAPAN KUALITAS AGENS HAYATI (AH) yang dlaksanakan pada tanggal 18 – 20 September 2019 di Yogyakarta.

Kegiatan ini diikuti 80 peserta yang terdiri dari, Petani Pusat Pengembangan Agens Hayati (PPAH), Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Sejawa timur , Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura (LPHP TPH) Se jawa Timur dan Pembina dari UPT Proteksi. Kegiatan ini diawali dengan kunjungan ke Desa Selopamioro, Bantul Yogyakarta.

Para Peserta diajak melihat serta bertanya jawab secara langsung dengan para petani Bawang Merah yang sudah menggunakan Agens Pengendali Hayati (APH) untuk mengendalikan OPT di tanaman bawang merahnya. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, petani menggunakan pupuk kompos sebesar 30 – 40 ton / ha dan APH yang digunakan adalah Trichoderma sp, Paenybacillus polymixaBeauveria bassiana dan aplikasi dilakukan setaip hari Jum’at.

Kegiatan yang dilakukan berikutnya adalah kunjungan ke Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Ketua Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Dr. Ir. Witjaksono, M.Sc. dan Dosen mata kuliah pengendalian hayati Dr. Tri Harjaka, S.P, M.P memberikan sambutan pada acara kunjungan tersebut. Tujuan utama kunjungan ke Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada adalah untuk mengetahui bagaimana para pengembang APH yang cara penyimpanan dan pengawetannya masih konvensional bisa menghasilkan APH yang bagus sesuai dengan SNI. Rombongan dibagi menjadi tiga kelompok yang dibagi menjadi 40 orang mengikuti pelatihan di laboratorium pengendali hayati, 20 orang sharing dengan Dr. Suputa yang membidangi entomologi dan 20 orang berkeliling di sekitar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.   Dmr

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top